Dalam kehidupan ini aku ditakdirkan
bertemu denganmu. Baiklah…itu murni bukan rencanaku, juga bukan rekayasa.
kemudian aku merasa suka padamu, dan cinta bukanlah hal asing. Cinta telah kukenal
lewat catatan catatan mereka, telah kubaca dalam novelet mereka tentang bahasannya,
juga telah didefinisikan. Ternyata aku tak sempurna membaca seluruh definisi
itu, sehingga ketika aku menulisnya sendiri, tak ada yang mengerti tentang
definisiku itu sama sekali.
Definisiku telah kuhentikan, tak
kuteruskan. Ia terlalu membingungkan. Definisi itupun telah kuremukkan bersama
kertas itu dalam genggam tangan kananku.
Aku takkan membahas cinta itu lagi.
Biarkan ia bersama definisinya sendiri. Mentari lebih hangat untuk menjadi
sekadar simbol hari yang cerah. Mentari itu juga telah dikenal siapapun di
sepanjang pagi untuk menggantikan peran malam.
Lewat risalah ini, berilah aku
kesempatan untuk memaparkan selain segala cinta itu kepadamu. Karena aku ingin
cinta itu berjalan secara natural, tanpa “keterikatan” dan “memiliki” seperti
pemikiranku sebelum ini. Aku pikir hal itu lebih ringan untuk menghindari
resiko resiko yang lebih besar. Karena yang menentukan “cinta kemudian” bukan
dan belum tentu “cinta sekarang”. Aku telah berpikir logis habis habisan, dan
aku hanya menemukan satu kesimpulan ini. kurasa lebih dewasa.
Aku berharap kau takkan menganggapku
sebagai lelaki yang plin plan dan ini juga bukan karena aku menemukan pilihan
lain. Disini, ungkapan tentang diriku padamu tak pernah beranjak dari
ketersekatan untuk beralih pada status selanjutnya. Biarlah cerita cinta siang
hari milikku beranjak sore untuk selanjutnya tenggelam dan berwarna malam. Aku
akan selimuti hatiku dengan keadaanku, begini. Esok pagi, aku tau bahwa cinta
itu telah tertinggal bersama malam.
Keadaanlah yang membuatku mengatakan
ini semua. Keadaan yang tak seperti apa apa. Kadang seseorang juga harus
berhadapan dengan pilihan. Aku lebih memilih keadaan dan harus memarkir cinta. Aku
tak mengenyampingkan dirimu, Cuma aku berpaling dari cinta yang ku khawatirkan suatu
saat nanti kan memiliki akibat yang melukai, baik diriku atau dirimu, dan
dirimu dulu juga pernah mengantarkan sebuah kekhawatiran ini kepadaku.
Cinta tak pernah memberi waktu yang
lebih lama kepada seseorang untuk menjamin bahwa seseorang itu akan selamanya
memiliki. Pada kalimat yang tak asing bahkan sering seseorang mengatakan
tentang kesetiaan, loyalitas. Itu karena pengaruh bawaan cinta. Pada akhirnya
ketika kita bicara hati hanya satu jawabannya, tak ada hati yang tak berubah.
Biarkan esensi bersama itu tetap berstatus sahabat.
Hafyzovski.