(Sebuah
narasi untuk mahasiswi yang tanpanya ada yang tak lengkap)
Hafyzov
Sebenarnya di kampus ini semuanya telah menjadi sahabatku.
Tentang bisik bisik cantik dan sebagainya itu juga termasuk disini. Iya ya…
tanpa disadari kadang aku juga sering memperhatikan kamu.
***
Ketika aku menoleh, ada seorang mahasiswi yang selalu ingin menjadi
target pandanganku. Padahal semua mahasiswi disini cantik seperti kondisinya
masing masing. Aku tau, bahwa sore selalu menjadi penutup kuliah ini, tentunya
setelah sang dosen menutupnya dengan salam. aku, dia, dan mereka akan segera
beranjak dan berpisah. Esok menjadi lembaran baru dari setiap episode kehidupan
yang masih bergulir. Entah skenario macam apalagi yang mesti aku hadapi. Karena
bersedia atau tidak bersedia, skenario itu tersedia dan akan berlaku.
Jika mereka membaca tulisanku ini, tentu saja mereka akan
berasumsi bahwa aku jatuh cinta. Terus terang, aku tak berbicara perasaan yang
istimewa, aku hanya berbicara tentang mahasiswa, karena ketika kamu tak hadir,
selalu ada yang mengharapkan kehadiranmu. Mengapa seperti itu?. karena tanpa
kamu, yang disini tak lengkap. Kamulah pelengkapnya.
Kupandangi wajahmu sekali, dua sampai tiga kali. Inilah wajah
gadis itu. bagiku memandangmu kadang menjadi intermezzo konkret dari
keabstrakanku yang porak poranda. Aku tak memilihmu untuk kumiliki. Namun jika
kamu harus menjadi destinasiku, aku bersedia. Hmmm… terlalu berlebihan.
Kamu tau, ketika berbicara demikian, pada akhirnya bermuara
pada cinta. padahal, tak bisa dirahasiakan lagi bila, stabilitas cinta
cenderung fluktuatif, naik-turun, kadang ada saatnya naik ke titik kulminatif, kadang
equilibrium, atau bahkan menukik jatuh ke titik degradasi. Cinta selalu menjadi
materi dialog, monolog, prolog, dan epilog.
Bila kamu terlahir untukku, pasti kamu hanya untukku, bukan
untuk siapa siapa. Bila aku terlahir untukmu, pasti aku juga bukan untuk siapa
siapa. Masalahnya, aku tak tau aku lahir untuk siapa, juga dirimu. Ah semua itu
tak penting. untuk saat ini, yang terpenting adalah tetap duduk seperti
biasanya lalu mendengarkan pak bu dosen berceramah.
Suka itu wajar.
0 komentar:
Posting Komentar