Pages

Subscribe:
SELAMAT DATANG DI BLOG INI

Labels

Minggu, 27 November 2011

Wisata Histori


MENELUSURI JEJAK SEJARAH, Menguak Fenomena
TITIK NUN PULAU JAWA Menapak Jejak Kepemimpinan WALI SONGO
Oleh : KH. DR. M.Dhiyauddin Qushwandhi
(Keturunan Sunan Giri dan Sendhang Dhuwur Paciran)
I. PULAU JAWA
Pulau Jawa adalah suatu pulau yang berada diantara gugusan pulau-pulau di Nusantara yang membujur dari arah timur ke barat. Di timur dibatasi oleh selat Bali dan dibarat dibatasi oleh selat Sunda, diapit dua lautan luas, sebelah utara laut Jawa dan sebelah selatan laut Hindia.
Disebut pula Jawa karena menurut riwayatnya dahulu pulau ini banyak ditumbuhi tanaman Jowo (Jawawut) sebagai bahan makanan pokok sehari-hari penduduk asli Jawa.
II. ORANG JAWA (WONG JOWO)
Secara Demografi, orang Jawa adalah penduduk asli dan asal Jawa. Sedangkan secara Sosio-Kultural, orang Jawa adalah orang berbudaya Jawa.
 III. PERADABAN JAWA
Jawa artinya adalah sadar atau rumongso, Jadi kebudayaan Jawa adalah perikehidupan, baik individu maupun kolektif, dalam hubungan personal atau interaksi sosial didasarkan atas kesadaran atau roso rumongso.
Menurut Wali Songo, orng Jawa adalah orang yang memiliki empat kesa-daran (roso rumongso) :
1. Sadar akan Tuhan sebagai Sangkan paraning dumadi.
Orang yang sadar akan Tuhan akan memiliki rasa cinta padaNya (asmara-sonto). Inilah inti Iman.
2. Sadar akan diri sebagai kawula dan sesulih/wakil Tuhan.
Dengan mencintai Tuhan (Iman), maka manusia yang sadar dirinya :
a. Dalam hubungan dengan Tuhan, akan selalu bersyukur kepadaNya. Inilah intinya Sholat.
b. Dalam hubungan dengan diri (nafs), akan selalu berlaku sabar. Inilah inti puasa.
c. Dalam hubungan dengan sesama, akan dipenuhi rasa ridlo/rela terhadap kebahagiaan orang lain, Inilah intinya Zakat.
d. Dalam hubungan dengan kehidupan, akan selalu bersikap tawakal dan taslim/sumarah. Inilah intinya Haji.
3. Sadar akan dunia sebagai dhon unyo (tempat yang rusak)
Orang yang sadar terhadap dunia akan bersikap zuhud (mungkur kadunyan ngadep akherat) dan wara' (hari-hati).
4. Sadar ajan akherat (delahan) sebagai tempat metik wohing penggawe.
Orang yang sadar terhadap akherat akan berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan (nandhur kabecikan).
Inilah inti sari ajaran ISLAM.
Jadi orang Jawa adalah orang yang berkeperikehidupan Islami, karena itu orang Jawa lebih kental dikenal oleh orang Daerah BALI dengan sebutan sebagai Orang SELAM ( Islam ). Dengan sudut pandang ini pula, maka masyarakat dan peradaban Nusantara termasuk Malaysia, Brunei, Pattani (Thailand) disebut Masyarakat Jawi sehingga huruf arab pego yang dikenalkan oleh Wali Songo juga disebut hutuf Jawi. Termasuk ulama dari kawasan ini lebih dikenal didunia Islam sebagai Ulama Jawi.
Menurut Syekh Siti Jenar (SSJ), Orang Jawa adalah orang yang memiliki Jiwo kang kajawi, Kata beliau qs., Sopo kang jowo marang jiwane yo jowo marang jawine. Yoiku kang sinebut putra kajawen.
Apa itu Jiwo kang kajawi/kajawen..? Dalam syahadat Jati (sasahidan) makna Laa ilaaha illallah adalah ora ono opo-opo kejawi kang kajawi (tidak ada yang ada kecuali yang dikecualikan). Siapa yang dikecualikan ? Tidak lain adalah “Aku” (ALLAH menyatakan kepada mahluk ciptaannya dengan sebutan AKU). Yang menyatakan “Tidak ada yang ada kecuali..”, Karena jika yang menyatakan tidak ada maka tidak bisa menyatakan apa-apa, apalagi menetapkan keberadaan, yang bisa menetapkan keberadaan hanyalah keberadaan itu sendiri. Ketiadaan adalah keko-songan murni.
Lalu siapa yang menyebut dirinya AKU..? Secara imanen, aku adalah ingsun (aku sawutuh) yang memenuhi ruang dan waktu, sedangkan secara transenden adalah ALLAH. Hubungan antara ingsun dan ALLAH dengan matahari tapi tidak pernah berpisah dengan matahari. Bahkan meskipun bukan matahari juga bukan selain matahari (Dudu nanging iyo, iyo nanging dudu, Loro-loroning atunggal.)
Kesadaran aku ada (anal maujud) ini dalam tashawuf Jawa disebut sastro cetho wadiningrat (ilmu yang nyata yang menjadi rahasia kehidupan) sastro jendro hayuningrat pangruwat diyu. Kesadaran ini juga disebut kalam Qodim.
 IV. TITIK NUN PULAU JAWA
Titik Nun adalah titik pusat (titik nik),. Secara geografis, titik pusat pulau Jawa ada yang mengatakan gunung Tidar karena letaknya berada ditengah-tengah pulau Jawa. Ada juga yang mengatakan Gunung Semeru karena secara Geokultural Nusantara termasuk Wilayah peradaban India sehingga Belanda pernah menyebutnya Hindia Belakang. Titik pusat India adalah gunung Himalaya, sedangkan puncak Himalaya yaitu Mahameru (gunung Semeru) ada di pulau Jawa. Ada pula yang mengatakan bahwa titik pusat pulau Jawa adalah pulau Bawean. Secara imjiner, huruf nun adalah pulau Jawa, sedangkan titiknya adalah Bawean.
Adapun secara mistis, titik nun pulau Jawa adalah pusat kesadaran Jawa yang disebut pancer dalam kiblat papat limo pancer. Apa yang dimaksud pancer..? Aku iki urip, aku iki uwong. (AIU). Inilah sari roso jati yang bisa dibaca sariro sajati. Juga disebut sariroso tunggal yang bisa dibaca sariro satunggal. Urip (hidup) adalah sadar atau rasa. Ada 4 rasa :
1. Rasa jasamani seperti panas, dingin, manis, pahit, kecut, asin dll.
2. Rasa cipta/hati seperti cinta, benci, puas, kecewa, susah dan senang dll.
3. Rasa jiwa yaitu rasa damai (marem ayem tentrem/mat)
4. Rasa sukma/pramono yaitu rasa aku ada (anal maujud)
Jadi pancer adalah Ingsun/aku sawutuh/gembleng/jiwo kang kajawi yang menjadi hakekat atau sejatinya roso rumongso manusia Jawa sebagaimana dijelaskan oleh “Syech Siti Jenar” (SSJ) tersebut diatas.
Orang yang berjiwa demikian ini disebut satrio pinandhito, ningrat yaitu orang yang berhasil mencapai tauhid yakni nyawiji, manunggaling kawulo gusti menyatu dengan Tuhan dalam qudrat, irodat, ilmu dan hayat. Manusia (manunggsa,manunggaling rasa) seperti ini jika memiliki kekuasaan Politik disebut ratu kang binatoro dan bergelar “Prabu Satmoto, Prabu Harnyokrokusumo, Cokroningrat, Herucokro, Ratu adil atau Satrio Piningit.
 V. Bagaimana Menemukan Titik Nun PULAU Jawa ?
Seperti yang sudah kita mengerti bahwa titik nun Pulau Jawa adalah Pancer, ingsun, aku sawutuh, sari roso jati, sari roso tunggal, aku adalah semua, semua adalah aku, maka bagaimana cara mencapainya ? Menurut Wali Songo, termasuk SSJ (Syech Siti Jenar), ada 4 Jalan yang disebut catur wiworowerit (empat jalan yang sulit) yaitu syariat (Ilmu), Thoriqot (Laku), hakekat (Tuju), Makrifat (Rahsa).
1.     Syariat mancakup Syariatnya Syariat, Syariatnya Thoriqot, Syariatnya hakekat dan Syariatnya Makrifat.
2.     Thoriqot Mencakup Thoriqotnya Syariat (Lakuning Rogo : ngadep marang Gusti), Thoriqotnya Thoriqot (Lakuning Cipto :Kaadep dening Gusti), Thoriqotnya Hakekat (Lakuning Jiwo : Madep Nang Gusti), Thoriqotnya Makrifat (Lakuning Pramono:idep ing Gusti).
3.     hakekat mencakup hakekatnya Syariat (neng), Hakekatnya Thoriqot (Ning), Hakekatnya hakekat (Nung), Hakekatnya Makrifat (nang).
4.     Makrifat mencakupya Makrifatnya Syaria (melek), Makrifatnya Thoriqot (melik), Makrifatnya hakekat (melak), Makrifatnya Makrifat (melok).
Empat Laku ini harus dilakukan dengan cara takon (to Know), tekun (to do), teken (to feel), tekan (to be) serta toto (disiplin), titi (hati-hati), titis (tepat), tatas (tuntas). Semua lampah laku ini harus dengan bimbingan seorang guru kang pinandhito. Tapi jangan mengandalkan guru. kata Syech Siti Jenar, Nggayuh Kasunyatan Ora Keno Ngendel-ngendelake Guru Utowo Layang, nanging Tanpo Guru : Ora dadi

0 komentar:

Posting Komentar