Pages

Subscribe:
SELAMAT DATANG DI BLOG INI

Labels

Minggu, 19 Februari 2012

KEMBANG


Hafyzov
01 Pebruary 2012
Sendirian Kafa menengok taman sekolahnya, tempat dimana dulu ia biasa melihat keindahan. Kemudian ia meraih dan memetik kuntum kembang mawar itu. ia terlihat indah bersama duri duri berkenduri yang siap melukai siapapun yang menyentuhnya. Kafa mencium kembang itu. kafa menemukan aroma wangi, lebih dari itu, ia teringat seorang gadis yang selama ini menemaninya, sahabatnya. Kirana. Bagi Kafa, Ia sahabat yang cantik dan baik hati. Entah kemana dia sekarang. Tanpa kabar, tanpa berita. Lima tahun sudah jarak dan waktu memisahkan mereka, tapi bukan hati mereka. Kembang mawar itu masih dipegangnya. Kemudian Kafa menciumnya kembali. Kafa teringat saat Kirana mengatakan padanya, “Kafa, kamu tau tidak nama kembang ini?”, seraya menyodorkan kembang itu. “ya. Aku tau”, jawab Kafa datar. Kirana hanya bertanya itu, lalu ia pergi meninggalkan Kafa yang masih asyik duduk di area taman bunga itu. kafa masih memegang kembang pemberian Kirana. Bunga itu masih terus disimpan oleh Kafa.
Beberapa hari setelah itu, di tempat seperti biasa Kirana bertanya kembali tentang kembang itu. “Kembang itu masih kusimpan, Kirana”, ujar Kafa jujur sambil melihat kumbang kumbang yang terus berputar di sekeliling kembang kembang itu. “buat apa kamu menyimpannya”, Kirana bertanya lagi. “bukankah kembang itu pasti layu dan kering?”, Kirana melanjutkan pertanyannya. “Aku hanya ingin meyimpannya saja Kirana, barangkali kamu ingin mengambilnya kembali”, jawab Kafa. “Bunga itu kering karena ia tak mau terpisah”, ujar Kafa melanjutkan. “seperti keringnya hatiku ketika aku tak disampingmu Kafa”, seru Kirana dalam hatinya.
Sejauh ini, meski keduanya begitu dekat, mereka tak mau memandang semuanya lain dari sahabat. Untuk saat ini mereka masih ingin bersahabat, karena bagi mereka persahabatan itu mampu menumbuhkan kebersamaan yang sama sekali berbeda dengan cintanya pacaran. Kalaupun sebenarnya ada satu titik perasaan suka, mereka menyimpan perasaan itu dalam dalam. Namun entah kenapa titik itu kini lambat laun dan perlahan bukan berwujud satu titik kecil lagi. Kafa sendiri tak memungkiri jika ia semakin suka dengan tingkah Kirana, sahabatnya itu. satu hal yang tak pernah disadari Kafa. Dia tak menyadari pertanyaan pertanyaan Kirana tentang kembang. Sebenarnya Kirana melukiskan cintanya melalui metafora kiasannya terhadap kembang kembang. Kirana merasa senang sekali ketika duduk damai disisi Kafa. Kafa baginya telah cukup, seperti arti nama Kafa, cukup.
Kirana begitu berharap suatu saat nanti, ia mendapatkan satu kalimat yang lebih harum dan lebih indah dibanding kembang itu. cinta. Ya cinta dari Kafa, itu saja. “Kafa, aku akan menunggu cinta darimu”, lirihnya suatu saat ketika Kirana sendiri.
Di sebuah kesempatan yang lain, Kirana masih terus bertanya tentang kembang itu kepada Kafa. “Kafa, kamu suka kembang tidak?’, Tanya Kirana. Kafa tak menjawab iya atau tidak, ia hanya mengatakan, “itulah mengapa aku menciumnya”, jawabnya datar seraya menatap wajah sahabatnya itu. “kalau kembang yang kamu suka?”, Kirana kembali bertanya sambil mencium kembang itu berulang ulang. “seperti kembang yang selalu kau petik”, ujar Kafa. “Aku sebenarnya lebih suka kepada pemetiknya, kamu”, seru Kafa dalam hatinya.

***
Memang suatu saat selalu ada waktu sebagai bagian untuk bersama dan ada bagian untuk berpisah. Kalau sudah tiba waktunya, kebersamaan itu akan menjumpai perpisahan, seperti kembang kembang lepas dari tangkainya setelah sekian lama bersama. Bagi Kirana waktu itu serasa cepat sekali berputar. Rasanya waktu ia sama sama memetik kembang itu baru kemarin pagi. Apapun yang terjadi memang sudah waktunya berpisah. Berpisah dengan sahabat sahabat terbaik, termasuk Kafa. Sahabat terbaiknya. “Kirana, kita hanya terpisah jarak dan waktu. Hati kita bersatu Kirana”, ucap Kafa di satu kesempatan di taman itu. taman itu menjadi saksi, kembang itu menjadi saksi bahwa mereka berdua akan terpisah. Kembang kembang seakan turut mengerti kesedihan mereka. Kesedihan sahabat. “Kafa, aku tak tau kapan kita akan bertemu kembali”, seru Kirana. Ada kesedihan tergurat nyata dari wajah cantiknya. Wajah cantik itu bermuram durja. “aku berjanji takkan melupakanmu, Kafa, kirana melanjutkan ucapannya. Kafa tersenyum, “aku akan selalu mengingatmu saat aku mencium aroma kembang ini”, ujar Kafa. Ternyata di pertemuan itu, Kafa masih belum mengatakan kisah perasaannya. Kisah perasaan untuk seseorang yang kini berdiri di hadapannya, Kirana. “Kirana, suatu saat kamu pasti akan tau tentang arti kembang ini”, Kafa mengucapkan kata kata yang membuat Kirana berteka teki. Ucapan Kafa telah membuat Kirana tersentak dan membuat jantungnya cepat berdetak. Dia menebak dalam hatinya bahwa arti yang diucapkan Kafa adalah cinta untuknya. Namun cepat cepat ia menata hatinya. “Kafa, aku yakin, meski bukan kini, esok atau lusa, kau juga pasti tau”, balas Kirana dengan kalimat yang penuh teka teki juga. Kali ini, jantung Kafa berdetak tak keruan.
Hari ini, Kafa benar benar menepati janjinya. Setiap kali ia mencium aroma kembang itu, ia selalu teringat pertemuannya dengan Kirana. Ia tak tau dimana Kirana sekarang. Yang ia tau dan ia ingat hanyalah ucapan ucapan Kirana yang belum terungkap maknanya. Kafa baru teringat bahwa semalam ia memimpikan Kirana. Ia masih memberikan kembang itu. “Kirana, kaulah sebenarnya kembang itu”, ucapnya lirih. Kirana, kaulah kembang itu. Kafa baru mengerti. Kemudian ia tersenyum.

0 komentar:

Posting Komentar