Pages

Subscribe:
SELAMAT DATANG DI BLOG INI

Labels

Minggu, 19 Februari 2012

Zackya

Hafyzov
Setelah dzuhur, saat itu Syawal 1433 H. di desa Batumerah, Asam Belimbing.
Siang itu di sebelah rumah mantan pak Kades yang kini menjadi wakil rakyat, Lahan kosong yang biasanya dipakai remaja untuk bersepak takraw itu telah menjadi saksi ramainya desaku. Beberapa perlombaan diadakan persis seperti tahun tahun sebelumnya, menghidupkan tradisi yang sempat vakum dua tahun lalu. Seperti biasa, ada panjat pinang dengan segenap hadiah menarik diatas sana. Pinang dengan tinggi tujuh meter yang sudah dibuang kulit dan telah diolesi bahan bahan pelicin seperti mentega, minyak kelapa, dan bahkan oli Mesran, tapi bukan pelicin dalam istilah istilah dunia politik. Diatas sana ada sarung, mie sedaap satu kardus, bahkan bendera bendera kecil berupa warna merah biru uang seratus ribuan dan lima puluh ribuan, bahkan uang dollar. Iya atau tidak, yang jelas uang atau apa yang akan diambil pemanjat nantinya merupakan hak mereka. Pokoknya ketentuannya, yang naik itu cuma diperbolehkan mengambil satu jenis saja. masih ada lagi lomba memecahkan kendi yang diisi air, ada lomba makan telur, yang pesertanya anak anak. Semua lomba itu sama sama memiliki daya tarik masing masing tanpa harus mengatakan lomba ini dan lomba itu.
Sorak sorai suara masyarakat seakan tak memedulikan panas matahari pukul 13:30. Apalagi anak anak, mereka seakan telah memasang persiapan untuk bersiap jika bisa untuk menyelesaikan setiap lomba itu dengan kemenangan. Begitulah keramaian itu. warga desaku sama sama tumplek blek disitu. Tua muda, laki perempuan ada disitu. Pengumuman panitia dengan pengeras suara begitu jelas kalau sebentar lagi lomba dimulai. “kepada para peserta lomba makan telur segera mempersiapkan diri”, begitu bunyi pengumuman itu. kulihat adikku yang masih kelas lima juga turut serta. “itu kan adikmu”, Tanya Samsul padaku. “iya. dasar anak bandel”, desisku gemas. “biasalah bro, namanya saja anak anak”, timpalnya datar. Aku hanya mengiyakannya sambil menunjuk peserta lomba makan telur yang ternyata kesulitan menelan telur. Kulihat beberapa panitia membantu memberikan air kepada peserta yang kesulitan menelan telur tersebut. Mereka keselek.
Sambil menunggu acara panjat pinang dimulai, tiba tiba Samsul menyenggolku, “kamu bawa ponsel?”, Tanya Samsul. “iya bawa, oh iya aku lupa”, jawabku. Sebenarnya aku memang bawa ponsel. Untung saja si Samsul mengingatkan, andai tidak, Ponsel Nokia 5610ku masih akan terus menghuni saku celanaku. “kita foto saja atau ambil videonya”, seru Samsul. “usul yang bagus”, balasku. Akhirnya aku dengan Samsul sama sama beraksi. Masih asyik aku melakukan aksi itu, ketika aku memutar tubuhku untuk merekam video di sebelah selatan, aku melihat sosok gadis cantik berjilbab panjang putih. Yang jelas bukan sosok gadis berpakaian putih berambut panjang dan menyeramkan. “itu Zackya khan?”, tanyaku kepada Samsul. “iya, kenapa?”, katanya balik nanya. “gak apa apa”, jawabku tanpa menampilkan mimik apa apa di wajahku. Benar dugaanku, dia Zackya. Aku memang tau dia. Dulu, waktu aku masih kelas enam MDU, dia masih kecil sekali, bahkan sering aku melihatnya, saat itu dia digendong ibunya. Zackya, cucu Kyai yang sangat disegani di desaku itu ternyata telah tumbuh menjadi gadis cantik, bahkan mungkin lebih manis dari Zakiyah Nurmala di film Sang Pemimpi sekalipun. Dia bak bunga pada saat menjadi kuntum kuntum yang menularkan keharuman untuk indera penciuman siapapun, bahkan kumbang kumbang dan kupu kupu sekalipun. Aku tau kalau dia saat ini telah kelas satu MA di PPs Al Falah, Gubug tegal, Asam Belimbing.
Sekarang aku mengakui kalau gadis gadis di desaku begitu cantik dan jelita. Mereka adalah bunga desa, tak hanya itu, mereka juga telah menghiasi kecantikannya itu dengan ilmu agama dari apa yang telah ia peroleh dari Pesantrennya, itu yang semakin menambah semarak dalam aura yang terpancar dari wajahnya. Aku juga mengakui kalau Zackya lebih cantik dan lebih anggun dibanding mantan kekasihku ataupun Nafilah, gadis yang membuatku jatuh hati sejak aku kelas I MA dulu. Zackya, Zackya, wajahmu sungguh sebersih namamu. Agak lama kuarahkan rekaman videoku kepadanya, namun terkadang juga harus kualihkan takut ada orang orang yang curiga kepadaku. Tapi kurasa orang orang itu tak mungkin curiga apa apa padaku. “Semoga suatu saat aku dapat mengenal dia lebih dekat lagi”, harapku. Hati kecilku kemudian mengamininya. Amin.
Enam bulan kemudian….Rabi’ul Awwal 1433 H. di PPs Al Hasan, Jalan Agung, Tanahpura.
Saat aku membuka facebook, iseng iseng aku sempat mencari nama Zackya di searching facebook, ternyata isengku kali ini sedang mujur lagi, kemarin iseng iseng ikut lomba menulis artikel juga juara I. Aku bisa menemukan facebook dia. “yes! Aku tak salah lagi” pekikku dengan mata berbinar, setelah aku melihat foto manisnya disana. Tanpa menunggu lama, aku mengklik saja permintaan pertemanan, terkirim. Namun entahlah, sampai sekarang masih belum ada laporan permintaanku itu diterima atau ditunda. Yang jelas aku yakin dia belum membuka facebooknya lagi. Aku berharap Zackya akan menerima permintan pertemananku. Terimalah, Zackya.

0 komentar:

Posting Komentar